Kunjungan Anggota Komisi XI DPR RI Sihar Sitorus ke Pesantren Musthafawiyah Purba Baru Madina
Anggota Komisi XI DPR RI Sihar Sitorus bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, Kabupaten Mandailing Natal, Rabu (4/3). Kunjungan ini dilakukan dalam Masa Reses Persidangan II tahun 2019-2020.
Sihar disambut baik oleh para pengurus pesantren. Mereka dengan terbuka menyambut dan berterimakasih atas perhatian Sihar kepada konstituennya meskipun tidak memperoleh banyak suara dari Kabupaten Madina.
“Selamat datang Pak Sihar di Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru. Di sini ada 13.500 lebih santri dan telah berdiri selama 108 tahun,” ujar Drs. Munawar Kholil Siregar.
Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan, Syafron mengapresiasi kebesaran hati Sihar untuk tetap meluangkan waktu berkunjung ke Madina meski tidak memperoleh banyak suara dari sana.
“Kita tentunya bersyukur, Pak Sihar mau meluangkan waktunya datang ke Madina khususnya ke Pesantren Purba ini meski dibilang suaranya terbilang tak ada dari sini,” ujar Syafron.
Mengenai hal ini Sihar menyampaikan bahwa sejak terpilih menjadi anggota DPR RI dirinya telah berkomitmen untuk memperhatikan seluruh wilayah di dapilnya meski yang tidak menyumbang suara sekalipun.
“Sejak dilantik sebagai anggota DPR RI di dalam hati saya sudah berkomitmen untuk memperhatikan seluruh wilayah, menjadi wakil dari semua masyarakat di dapil saya tanpa terkecuali,” ujar Sihar.
Beberapa pengurus pesantren juga menyampaikan aspirasinya kepada wakil rakyatnya tersebut. Salah satunya Roni Rahmat guru di pesantren tersebut, dirinya meminta Sihar untuk memperhatikan harga karet yang merupakan salah satu tulang punggung ekonomi Madina.
“Harga terus merosot, sementara sebagian besar menggantungkan hidup dari sana. Bagaimana mau bisa sekolah, beli beras pun sudah tak cukup,” ujar Roni.
Roni menyoroti salah satu hal terpenting dalam menunjang pendidikan adalah kesejahteraan. Roni juga mengusulkan Sihar untuk mendukung mereka yang ingin membentuk UMKM produksi Lobe Peci.
“Pak disini banyak santrinya, banyak juga yang susah. Ada 13.500 santri di sini, lobe beli sendiri, kami mengusulkan apabila kami membentuk UMKM produksi Lobe, apakah bapak dewan bisa membantu kami?,” ujar Roni.
Mengenai tanaman karet Sihar menyatakan harganya akan sangat sulit untuk diubah karena termasuk dalam pasar internasional. Sihar melempar ke forum saran untuk mengganti komoditas tanaman lain.
Hal tersebut disambut baik oleh Roni dan rekan-rekannya. Menurut Roni hal tersebut mungkin saja terjadi asal pendampingan dari pemerintah dapat dijamin.
“Ya yang penting masyarakat di sini setuju dulu, untuk penggantian komoditas tentu kita meminta pemerintah untuk mendampingi dari hulu ke hilir,” ujar Sihar.
Mengenai usulan pendirian UMKM produksi lobe, Sihar menyambut baik hal tersebut. Sihar bahkan menyarankan mengembangkan hingga dapat memproduksi tas tangan dan sejenisnya.
“Kita pasti dampingi, saya sangat setuju idenya bagus. Ini tentu membuat santri lebih mandiri dan sejahtera dari segi ekonomi,” ujar Sihar.
“Kebetulan kemarin rapat dengan Kemenkeu penggunaan plastik kresek harus dikurangi, mungkin produksi tas tangan dari UMKM yang didirikan Pondok Pesantren Purba ini bisa jadi salah satu turunan produk lobe yang ingin diproduksi,” tutur Sihar.