Mendaki Pusuk Buhit, Sihar Maknai Arti Perjuangan
Berakhir pekan, Sihar Sitorus menghabiskan waktunya merasakan keindahan alam tanah leluhurnya, Pusuk Buhit. Sabtu (21/04), Sihar Sitorus mendaki Pusuk Buhit bersama tim dan beberapa relawan.
Menggunakan setelan hitam-hitam, Sihar terlihat begitu semangat menjejaki langkah demi langkah di tanah Pusuk Buhit. Sihar sendiri mengaku, mendaki gunung merupakan hobi lamanya yang dulu dulu kerab kali ia lakukan.
“Untuk menghilangkan kepenatan setelah menjalani berbagai aktivitas, saya melakukan hobi saya yang dulu, yaitu tracking seperti ini. Kalau zaman-zaman masih bebas, sudah banyaklah yang dijalani, salah satunya Gunung Himalaya,” ujar Sihar.
Sihar berharap kekayaan biodiversiti Danau Toba itu dapat menjadi salah satu warisan dunia yang diakui UNESCO. “Sepanjang perjalanan saya melihat begitu banyak kekayaan biodiversiti di sini. Ini adalah modal untuk menjadikan Kaldera Toba menjadi bagian dari warisan dunia yang diakui Unesco. Kalau sudah diakui, manfaatnya sangat baik bagi dunia pariwisata kita,” ujar Sihar.
Perjalanannya mendaki Pusuk Buhit juga membuat Sihar semakin memaknai arti sebuah perjuangan. Hal ini disampaikannya saat beristirahat di kemah yang telah disediakan relawan Djoss usai mendaki Pusuk Buhit.
“Perjuangan kita menghadapi Pilgubsu ini ibarat mendaki gunung juga. Diawal-awal masih begitu semangat, di pertengahan mulai kehabisan tenaga, tapi kalau kita memilih menyerah tidak bisa sampai puncak. Semangatnya harus semakin dipacu, nanti kalau sudah sampai di puncak kita akan disajikan pemandangan yang indah buatan Tuhan,” ujar Sihar kepada para relawannya.