MONZA, OLOP-OLOP, DAN “CATENACCIO” SIHAR SITORUS
Dia pergi membawa kehangatan
dan kesejukan hati di setiap langkahnya.
……………………………………
TIDAK ada kata “pulang” dalam kamus Sihar Sitorus. Berada di Rantau Prapat, Kabupaten Labuhanbatu, ia berada di rumahnya sendiri dan, setiap kali pergi ke kota kecamatan itu, Sihar pasti singgah ke Pasar Gelugur. “Saya tidak pernah kehabisan waktu tuk selalu pergi ke sini,” kata Sihar.
Akhir Maret lalu, Sihar berada di pasar dengan konsep yang menggabungkan pasar tradisional dengan pasar modern yang, merupakan pasar paling ramai di Rantau Prapat selain Pasar Lama dan Pasar Sigambal di Rantau Selatan.
Dia menyapa setiap orang yang melintas dan dekat dengannya. Dengan senyum dan kesejukan hatinya, Sihar mengulurkan tangan bagi setiap orang yang ingin merasakan kehangatan jiwanya.
Di pasar ini, dia tak hanya menyapa, tapi membeli sayur-sayuran, telur, dan ikan teri. Di pasar ini pula dia menemukan “Monza”; pasar yang menjajakan barang bekas impor yang dulu dikenal dari singkatan “Mongisidi Plaza” yang berada di sebagian ruas di Jl. Robert Wolter Mongisidi, Medan, Sumatera Utara.
Jejak “Mongisidi Plaza” telah lama hilang. Tapi “monja-monja” telah bertebaran dimana-mana, di antaranya, Pasar Petisah, Pasar Deli Tua, dan Pasar Simpang Limun. Tak hanya di Medan, “monja-monja” tubuh di banyak kabupaten. Di Pasar Gelugur, Sihar memborong baju-baju layak pakai yang ia sumbangkan tuk panti asuhan.
Labuhanbatu adalah satu dari 15 kabupaten dan tiga kota yang sudah disambangi Sihar. Di sana ia hanya ingin menyerap aspirasi warga tuk memudahkan dia kembali lagi setelah duduk di bangku parlemen. Di tempat-tempat yang ia kunjungi, banyak warga yang ingin berfoto ria dan Sihar melayaninya.
Rabu lalu, Sihar Sitorus terlihat di Pesta Rakyat Olop-Olop di Ajibata, kota kecamatan di Kabupaten Toba Samosir. Olop-Olop yang berarti seruan kegembiraan, ucapan tanda cinta, dan restu yang tulus, diterima Sihar dengan hati yang lapang; selapang samudera.
Usai ibadah, Sihar mengungkap kerinduannya. Sebagai putra daerah yang lama merantau, ia ingin kampung halamannya menjadi kampung yang berbudaya, mandiri, dan berdaulat.
Sebagai Ketua Umum Spiritualitas Danau Toba, Sihar mengajak masyarakat dan pengelola tuk mensyukuri keberadaan Danau Toba, danau terbesar di Indonesia. “Danau Toba adalah anugerah dan berkat yang diberikan Tuhan. Karunia Tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia,” kata Sihar.
CATENACCIO
TERCATAT sebagai bakal calon wakil Gubernur Sumatera Utara bersama Djarot Saiful Hidayat, sudah cukup modal bagi Sihar Sitorus melangkah ke Senayan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) mewakili Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
Tapi bukan berarti jalan yang ditempuh Sihar menjadi mudah. Jumlah suara yang diraih ketika bertarung memperebutkan kursi Gubernur/Wakil Sumatera Utara, tidak bisa menjadi patokan; dia cukup meraih, misalnya, 10 persen dari 2.424.960 suara yang ia raih ketika berjuang tuk kursi Sumut-1. Tentu saja tidak demikian.
Memperebutkan satu kursi dari Daerah Pemilihan (Dapil Sumatera Utara-2), Sihar tidak bertarung dengan satu orang seperti ketika memperjuangkan kursi Sumut-1. Kini, dia “bertarung” dengan dirinya, “bersaing” dengan delapan orang dari partainya (PDI-P menyertakan sembilan nama calon legislatif), dan “berebut” satu kursi dari 10 kursi yang tersedia dengan 140 orang caleg.
Namun, nama Sihar Sitorus sudah jaminan mutu. Tuk melangkah menuju Senayan, dia tak perlu menerapkan gaya permainan “Total Football” – Belanda, “Kick n Rush” – Inggris, “Tiki Taka” – Spanyol, atau “Joga Bonito” – Brasil. Dia cukup dengan sistem pertahanan “Catenaccio”. Di Italia, catenaccio yang berarti “pintu baut”, menyiratkan pertahanan yang sangat terorganisir dan efektif yang ditujukan untuk mencegah terjadinya gol.
TELADAN DAN KEMENANGAN
SIHAR Sitorus adalah tokoh muda yang ingin mengabdi pada negeri ini melalui jalur yang menjadi pilihannya; partai politik. Berkiprah di dunia yang ia yakini bisa menyalurkan aspirasi – harapan dan tujuan untuk keberhasilan pada masa yang akan datang – , dan leluasa memberikan apresiasi pada siapa pun, telah ia awali sebagai anggota Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
DR. Sihar Pangihutan Hamonangan Sitorus – lahir di Jakarta, 12 Juli 1968 – telah menjatuhkan pilihan dan arah jalan yang harus ia tempuh, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ia miliki.
Dia adalah manusia biasa yang tidak “dijatuhkan” dari langit yang pada akhirnya menjadi manusia pilihan. Dia lahir, bicara, dan melangkah sesuai nama yang ia sandang; Sihar adalah “sinar”, Pangihutan berarti “teladan” yang harus diikuti, Hamonangan adalah “kemenangan”, dan Sitorus berarti “jalan penghidupan yang tentram”, dimana kecintaan, kebahagiaan, dan kebaikan ada di sana. Nama yang indah dan penuh makna.
Sihar – dia anak kedua dari lima bersaudara – adalah anak sekolahan. Pada 1991, dia kuliah di Bachelor of Science in Business Administration, University of Arizona, Tucson, Amerika. Dua tahun kemudian, dia study di Master of Business Administration, Creighton University Omaha, NE. Pada 1998 dia pindah ke Britania Raya mengikuti Program Diploma Business Economics, Startheclyde University di Glasgow. Dan pada 2005 dia mengikuti Program D3 Doctor of Business Administration, Manchester Business School, di Manchester.
Lebih dari 15 tahun berada di luar negeri tidak lantas Sihar menjadi orang asing di negerinya sendiri. Dia berbahasa Inggris dengan sempurna. Dia berbahasa Indonesia dengan santun. Cerdas, akomodatif, dan tidak merendahkan lawan bicaranya. Sihar tetap rendah hati, dimana pun dia berada.
Sihar tak hanya setia kawan, tapi dia sayang keluarga, terutama untuk Patricia Ferrari Juanita, istri tercinta dan dua putranya; Gabriel Sitorus Pane dan Gamaliel Sitorus Pane.
Sihar, tentu saja, bukan manusia sempurna. Dia juga memiliki kekurangan-kekurangan yang, segala kekurangan itu ia tutupi dengan sikap apa adanya. Ia hanya ingin “pulang” ke rumahnya dan bertekad membangun Sumatera Utara.
Kegagalan mendampingi Djarot Saiful Hidayat, sebagai wakil gubernur, tidak lantas ia berhenti. Ia tetap melangkah sesuai kata hatinya; berbuat tuk orang banyak.
YON MOEIS
@yonmoeis